Jangkep

Ada kalanya saya ingin menulis pendek. Hanya beberapa paragraf, dengan kalimat sederhana. Masih tentang hal yang ringan tapi mampu menggumpal. Persis kapuk. Kalau sedikit, dia hampir tak digubris. Tapi cobalah jika berkumpul, orang akan terhenyak lantas teriak “Oh, betapa empuknya”.

Yang kecil, detil dan sedikit itu memang melelahkan. Butuh ketelatenan lebih berlipat. Kesederhanaan bukan hal yang gampang. Merampingkan adalah pekerjaan njlimet. Itu kenapa ada profesi editor dan obat pelangsing tubuh.

Merawat hal yang serba panjang dan besar juga tidak remeh. Energi yang dibutuhkan banyak. Ketelitian diuji, kesabaran digandakan untuk melawan capek. Lihatlah para wanita yang berambut lebat dan terurai itu. Butuh shampoo tak sedikit dan air berlimpah sewaktu membersihkan. Hati-hati menghindari rontok, demi menjaga keindahan.

Tapi begitulah manusia. Saya, sampeyan, mereka. Wolak-walik. Loncat sana, lompat sini. Kadang memilih ini, lain saat memilih itu. Tak bisa seseorang memilih satu hal seterusnya. Mesti jangkep dan bersiap merasakan seluruhnya. Sebab hidup itu satu, alatnya yang banyak. Hanya untuk persoalan ngopi saja, berapa komponen yang digunakan? Gelas, serbuk kopi, air panas, pemanis, apalagi?

Dan tiap pilihan yang dikerjakan dalam kehidupan itu, adalah alat menuju satu tujuan. Konon itu yang disebut tauhid.

Leave a comment